Big Problem Need Big Solution
Membahas soal Sampah, persoalan yang turun temurun, Masalah yang tidak hanya dirasakan lingkungan Kita, Desa Kita. Namun juga negara dibelahan benua lainnya.
Dalam angka statististik, Sampah
Sampah secara umumnya yang paling sering diangkat dalam banyak pemberitaan dan seminar soal Sampah yaitu Sampah yg berwujud solid: padat dan tidak mudah terurai (ungradable) seperti plastik, kain, karet dan sejenisnya. Memang apa yang dicemaskan karena model Sampah ini akan terus bertahan hingga ratusan tahun.
Namun, keberadaan Sampah tetap saja meresahkan meski berbeda bentuknya. Seperti Sampah makanan. Dalam sebuah rilis dari website theworldcounts.com menyebutkan terdapat lebih 3juta ton sampah/limbah makanan yang dihasilkan manusia dari seluruh dunia.
Mungkin angkanya nampak biasa saja bila Kita baca. Namun dampaknya bisa berjuta kali lipat dari apa yang terbayangkan. Salah satu Berita yang beredar soal Ikan Paus diperairan Wakatobi yang mati terdampak dan ditemukan 6kg Sampah dalam perutnya sebuah kabari Berita yang menggemparkan. Yang artinya ancaman Sampah terhadap makhluk hidup sunggulah mengerikan.
Sampah makanan berdampak Besar juga terhadap perubahan iklim (Climate Change), Sampah menjadi penyebab terbesar kedua setelah emisi. Khususnya Sampah makanan: daging, sayuran, buah dan Sampah organik lainnya. Sampah organik dapat menghadirkan gas yang tidak baik untuk atmosper bumi yang kemudian menyebabkan gagalnya sinar matahari untuk kembali stelah terpantul dari bumi. Sinar yang terkunci dilapisan ozon bumi menyebabkan bertambahnya sugul bumi, yang pada akhirnya menyebabkan bencana seperti kekeringan, banjir, krisis pangan hingga kelaparan.
Let’s Talk About Any Solutions
Banyak solusi yang sudah dikampanyekan dalam mengurangi aktivitas mengurangi Sampah, namun persoalan Sampah bukanlah perkara satu, dua titik melainkan ada serangkaian titik dari tingkat produksi hingga tingkat komsumsi.
Kabar baik dari banyaknya persoalan sampah adalah makin masifnya kesadaran tentang Sampah itu sendiri. Kini dunia mendorong rencana global dengan gerakan Go Green. Kemudian kini hadir label-label edukatif: Reduce, Reuse & Recycle dalam mengurangi & mendaur ulang sampah yang dihasilkan.
Dalam bidang fashion pun semangat akan Polusi Sampah dengan kampanye Sustainability Fashion membawa dampak besar dalam perilaku Kita berpakaian.
Hadirnya lomba-lomba dan kampanye besar tentang kebersihan seperti World Cleanup Day, Trash Challenge dan kegiatan besar lainnya meramaikan media Sosial. Artinya secara perlahan kesadaran kolektif manusia sedang terbangun soal menjaga lingkungan dengan mengurangi Sampah.
Kota Hingga Desa Sebagai Hilir Produksi Sampah
Ini benar adanya. Perilaku komsumtif masyarakat memperluas penyebab dan memperumit penanganan Sampah. Secara besar perjalanan Sampah makanan:
1. Agricultural production (Produksi di Pertanian)
2. Postharvest handling and storage (Pasca panen dan penyimpanan)
3. Processing (Pemrosesan)
4. Distribution (Distribusi)
5. Consumption (Komsumsi)
Yang paling parah adalah indikator 5 yaitu Komsumsi. Kebiasaan manusia yang cendrung membeli dan mengambil berlebih menjadi penyebab besar dalam penanganan Sampah ditingkat masyarakat. Bila dalam perhari total Sampah rumah tanggah 1.7 kg dikali jumlah rumah tanggah yang ada maka akan sebanyak apa Sampah yang Kita hasilkan untuk bumi.
Peran Teknologi Dalam Mengurangi Polusi Sampah
Kini, setiap elemen berusaha mengambil peran dalam penanganan isu Sampah. Mulai dari pemerintahan, ilmuan, akademisi, praktisi hingga masyarakat di tingkat Desa. Selain ada peranan Kita sebagai penanggung jawab dimuka bumi. Hadir juga Teknologi yang dapat menjadi akselerasi dalam mencapai tujuan kita bersama dalam penanganan Masalah Sampah. Mulai dari pembersih Sampah berukuran nano mikro dengan Nano Bubble hingga Sampah masif dilautan dengan The Ocean Project.
Satu diantara Alat berbasis Teknologi yang dapat dirancang dengan mudah ditingkat Desa yaitu Alat Pressure maupun Alat konversi Sampah Jadi Energi.
Pos Pelayanan Teknologi Hadir Members Solusi
Berawal dari meresahkan yang sama. Asosiasi Pemuda dikecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur, NTB memulai langkahnya untuk terlibat dalam mengurangi persoalan sampah di tingkat rumah tangga. Dengan menghadirkan dan melakukan uji coba Alat TTG (Teknologi Tepat Guna) yang dapat menghadirkan Energi melalui Sampah.
Circular Economy: Memanfaatkan Limbah Sebagai Sumber Daya
Asosiasi yang diberi nama SEGARIS (Semeton Generasi Teknologi & Inovasi) ini terdiri dari 12 Desa sekecamatan Labuhan Haji hadir untuk memulai Pengembangan Alatnya. Prototype pertama diperkenalkan Oleh Mawan Adrian salah seorang Pengurus Posyantek Segaris dari Desa Teros. Beliau mengajak semua Pengurus untuk membangun Alat tersebut dengan minim cost dengan Memanfaatkan bareng Bekas seperti:
- Ban Bekas
- Pipa
- Keran
- Jerigen / tong
- Selang
Dengan gerakan kolaboratif akhirnya Simulasi Alat dapat diselesaikan lebih dari perkiraan waktu. Harapan besar keberaadaan Alat ini nanti dapat menjadi solusi dekat dalam mengurangi produksi Sampah Oleh masyarakat dengan menggandengkannya dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sampah dapat ditukarkan kedalam bentuk Sembako, Gas & Voucher Internet yang akan diinisiasi ditingkat Desa.
Bertempat di Desa Tirtanadi. Semoga Simulasi/uji coba Alat ini dapat diterima hasil ya dalam waktu dekat sehingga dapat memberikan gambaran dalam perancangan Alat yang lebih besar.
Berikut video dokumentasi ya